ANALISIS PUISI
Chairil Anwar:
Penerimaan
Kalau kau mau kuterima kau kembaliDengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Karya: Chairil Anwar (Maret 1943)
Untuk
melihat keindahan dan kepuitisan puisi ini dapat dilihat dari bahasa kiasan
yang digunakan penyair. Bahasa kiasan merupakan alat yang dipergunakan penyair
untuk mencapai aspek kepuitisan atau sebuah kata yang mempunyai arti secara
konotatif tidak secara sebenarnya. Dalam penulisan sebuah sajak bahasa kiasan
ini digunakan untuk memperindah tampilan atau bentuk muka dari sebuah sajak.
Bahasa kiasan dipergunakan untuk memperindah sajak-sajak yang ditulis seorang
penyair. Bahasa kiasan yang tedapat dalam puisi “Penerimaan” karya Chairil
Anwar berupa repitisi, simile atau persamaan dan personifikasi. Repetisi
adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap
penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam sajak
terdapat dalam:
Jika
kau mau, ku terima kau kembali (Baris 1)
...
Jika
kau mau, kuterima kembali (Baris 7)
...
Perulangan
tersebut dapat dilihat dari penggalan larik puisi di atas. Selanjutnya simile
atau persamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu langsung
menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam sajak terdapat dalam:
..
Bak
kembang sari sudah terbagi (Baris 5)
...
Personifikasi
adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati seolah-olah
hidup. Hal itu terdapat dalam penggalan sajak di bawah ini:
...
Sedang
dengan cermin aku enggan berbagi.
Dari
penggalan sajak di atas sangat terlihat penghidupan benda mati yaitu cermin
bisa berbagi dengan tokoh aku.
Puisi itu dapat dianalisis sebagai
berikut:
si
aku memberi harapan kepada seorang gadis, bila ingin kembali boleh saja. Si aku
menerima sepenuh hati bila gadis itu mau kembali lagi pada kehidupannya. Si aku
tidak mencari gadis lain sebagai pendamping hidupnya karena masih menunggu
kepulangan kekasihnya. Si aku masih sendiri tidak akan mencari yang lain dan
tetap menunggu walaupun sudah mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah
tidak perawan lagi atau sudah selingkuh dengan laki-laki lain.
Itu digambarkan dengan kalimat ”Kutahu kau bukan yang dulu lagi bak kembang
sari sudah terbagi”. Kalimat ini menggunakan metafora-metafora yang
sangat indah dangan menggambarkan perempuan yang tidak perawan dengan kembang
sari sudah terbagi. Si aku memberi harapan kepada gadis itu, bila ingin kembali
tidak usah malu dan harus mau menemunya. Tidak usah takut untuk menemuinya.
Si
aku pun tetap menerima apapun yang sudah terjadi dan menerima dengan mutlak:
jangan mendua lagi, bahkan bercermin pun si aku enggan berbagi. Digambarkan
dalam bait ke-5 yan berbunyi “Sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi”.
Dalam kalimat ini menggunakan citraan penglihatan seperti yang telah dijelaskan
di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar