Kamis, 27 Maret 2014

ANALISIS PUISI Chairil Anwar: Penerimaan

ANALISIS PUISI
Chairil Anwar: Penerimaan

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Karya: Chairil Anwar (Maret 1943)

      Untuk melihat keindahan dan kepuitisan puisi ini dapat dilihat dari bahasa kiasan yang digunakan penyair. Bahasa kiasan merupakan alat yang dipergunakan penyair untuk mencapai aspek kepuitisan atau sebuah kata yang mempunyai arti secara konotatif tidak secara sebenarnya. Dalam penulisan sebuah sajak bahasa kiasan ini digunakan untuk memperindah tampilan atau bentuk muka dari sebuah sajak. Bahasa kiasan dipergunakan untuk memperindah sajak-sajak yang ditulis seorang penyair. Bahasa kiasan yang tedapat dalam puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar berupa repitisi, simile atau persamaan dan personifikasi. Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam sajak terdapat dalam:
Jika kau mau, ku terima kau kembali (Baris 1)
...
Jika kau mau, kuterima kembali (Baris 7)
...
Perulangan tersebut dapat dilihat dari penggalan larik puisi di atas. Selanjutnya simile atau persamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam sajak terdapat dalam:
..
Bak kembang sari sudah terbagi (Baris 5)
...
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati seolah-olah hidup. Hal itu terdapat dalam penggalan sajak di bawah ini:
...
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Dari penggalan sajak di atas sangat terlihat penghidupan benda mati yaitu cermin bisa berbagi dengan tokoh aku.
Puisi itu dapat dianalisis sebagai berikut:
si aku memberi harapan kepada seorang gadis, bila ingin kembali boleh saja. Si aku menerima sepenuh hati bila gadis itu mau kembali lagi pada kehidupannya. Si aku tidak mencari gadis lain sebagai pendamping hidupnya karena masih menunggu kepulangan kekasihnya. Si aku masih sendiri tidak akan mencari yang lain dan tetap menunggu walaupun sudah mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah tidak perawan lagi atau sudah selingkuh dengan laki-laki lain.
 Itu digambarkan dengan kalimat ”Kutahu kau bukan yang dulu lagi bak kembang sari sudah terbagi”. Kalimat ini menggunakan metafora-metafora yang sangat indah dangan menggambarkan perempuan yang tidak perawan dengan kembang sari sudah terbagi. Si aku memberi harapan kepada gadis itu, bila ingin kembali tidak usah malu dan harus mau menemunya. Tidak usah takut untuk menemuinya.
Si aku pun tetap menerima apapun yang sudah terjadi dan menerima dengan mutlak: jangan mendua lagi, bahkan bercermin pun si aku enggan berbagi. Digambarkan dalam bait ke-5 yan berbunyi “Sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi”. Dalam kalimat ini menggunakan citraan penglihatan seperti yang telah dijelaskan di atas.